Pada tahun 1975, di sebuah kampung di wilayah pedalaman Tanah Hulu, terjadi sebuah kisah mistis yang hingga kini masih diceritakan secara turun-temurun. Kisah ini dialami oleh seorang anak berusia sekitar delapan hingga sepuluh tahun. Ia tinggal bersama orang tuanya di ladang yang jauh dari kampung. Setiap hari, ia harus berjalan kaki melintasi hutan rimba yang lebat dan jalan yang berliku-liku untuk bisa sampai ke sekolah.

Karena orang tuanya sibuk dengan pekerjaan di rumah, pertanian, dan perkebunan, sang anak selalu berangkat dan pulang sekolah seorang diri. Suatu hari sepulang sekolah, ketika ia sedang menyusuri jalan setapak di tengah hutan belantara, muncullah sosok misterius yang menyerupai ayahnya. Dalam kepercayaan masyarakat setempat, sosok itu dikenal sebagai Hantu Rokak, makhluk gaib yang mampu menipu manusia dengan wujud menyerupai orang terdekat.

Ilustrasi Hutan Misterius - Tempat Kemunculan Hantu Rokak
Gambar tidak dapat dimuat
Ilustrasi Hutan Misterius

Hantu Rokak memiliki ciri-ciri yang khas. Ia dapat menjelma menjadi orang tua—bapak, ibu, bahkan kakek atau nenek—hingga mirip sekali dengan aslinya. Selain itu, ia juga mampu berubah menjadi hewan atau binatang peliharaan seperti sapi, kerbau, maupun kambing. Namun, bagi orang yang jeli, ada perbedaan mencolok: bentuk tangan dan kakinya tidak sama dengan manusia biasa, cara berjalan dan berbicaranya terasa aneh, serta tatapan matanya dapat melumpuhkan kesadaran orang yang menatapnya, membuat manusia mudah terkecoh.

Sang anak, yang polos dan tidak tahu-menahu, tentu saja percaya bahwa sosok itu adalah ayahnya. Ketika hantu tersebut mengajaknya pulang, ia pun menurut tanpa ragu. Mereka berjalan bersama, namun bukannya menuju rumah, jalan yang ditempuh semakin dalam masuk ke hutan.

Menjelang sore, orang tuanya mulai khawatir karena anak itu tidak kunjung pulang. Mereka pun melapor kepada tokoh masyarakat dan warga kampung. Pencarian dilakukan hingga malam, tetapi hasilnya nihil. Hari kedua pencarian pun sama, anak itu tidak ditemukan.

Hingga akhirnya, seorang tetua kampung diminta melakukan ritual. Dalam penglihatan gaibnya, ia melihat anak itu sedang ditawan oleh Hantu Rokak. Sang tetua kemudian memberi petunjuk arah pencarian kepada warga. Pada hari ketiga, sekitar pukul enam sore, anak itu berhasil ditemukan dalam keadaan lemas dan hampir tak berdaya, namun beruntung belum menjadi korban. Sosok Hantu Rokak yang menyerupai ayahnya sudah tidak terlihat.

Setelah dibawa pulang dan dirawat, barulah anak itu menceritakan pengalaman menakutkan yang dialaminya. Ia mengira benar-benar berjalan bersama ayahnya, padahal yang ditemuinya adalah Hantu Rokak.

Pesan Moral

Cerita rakyat tentang Hantu Rokak ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati, terutama anak-anak, agar tidak berjalan sendirian di tempat sepi. Masyarakat Tanah Hulu percaya bahwa makhluk halus dapat menjelma menjadi sosok yang akrab, sehingga kewaspadaan adalah kunci keselamatan. Kisah ini sekaligus menjadi bukti bahwa legenda nenek moyang tidak sekadar dongeng, melainkan pernah benar-benar terjadi dan masih menjadi pelajaran berharga hingga kini.

Mengapa Generasi Z Perlu Tahu Cerita Ini?

Cerita rakyat seperti Hantu Rokak bukan sekadar dongeng pengantar tidur. Ini adalah warisan budaya yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal. Bagi Generasi Z, kisah ini mengajarkan tentang kewaspadaan dalam kehidupan nyata maupun digital. Metafora Hantu Rokak yang "menyamar" dapat dikaitkan dengan kehati-hatian terhadap penipuan identitas di media sosial. Selain itu, cerita ini menawarkan ketegangan ala thriller psikologis yang disukai generasi muda, tetapi dengan nilai budaya yang dalam.